Pertempuran Bukittinggi (1947)
Pertempuran Bukittinggi terjadi di Sumatera Barat. Pada saat itu, pasukan Belanda berusaha mengambil alih Bukittinggi, yang merupakan pusat perlawanan di Sumatera Barat. Pertempuran ini melibatkan pertempuran sengit dan strategis yang menggambarkan tekad rakyat Minangkabau dalam perjuangan kemerdekaan.
Pertempuran di Palembang (1946)
Pertempuran di Palembang melibatkan bentrokan antara pasukan Indonesia dan Belanda di Sumatera Selatan. Pertempuran ini adalah bagian dari upaya Belanda untuk menguasai kembali wilayah-wilayah yang telah dimerdekakan. Perjuangan di Palembang menunjukkan kekuatan dan semangat perlawanan rakyat Sumatera Selatan.
Pertempuran Bandung Lautan Api (23-24 Maret 1946)
Pertempuran Bandung Lautan Api terjadi ketika pasukan Sekutu yang dibantu oleh Belanda mencoba mengambil alih Bandung. Untuk mencegah kota tersebut jatuh ke tangan musuh, para pejuang dan warga Bandung terpaksa membakar kota mereka sendiri. Pertempuran ini menggambarkan pengorbanan besar yang dilakukan demi kemerdekaan.
Pertempuran Kalibata (1946)
Pertempuran Kalibata terjadi di Jakarta, di sekitar kawasan Kalibata. Pertempuran ini melibatkan pertempuran sengit antara pasukan Indonesia dan Belanda yang ingin menguasai kembali wilayah tersebut setelah proklamasi kemerdekaan. Pertempuran ini menegaskan keteguhan dan keberanian pasukan Indonesia dalam mempertahankan wilayah ibu kota.
Pertempuran Tarutung (1946)
Pertempuran Tarutung terjadi di Tarutung, Sumatera Utara, di mana pasukan Indonesia bertempur melawan Belanda. Pertempuran ini menunjukkan ketahanan rakyat Indonesia di Sumatera Utara dalam menghadapi kolonialisme.
Pertempuran Sinjai (1946)
Pertempuran Sinjai terjadi di Sulawesi Selatan, di mana pasukan Indonesia berjuang melawan Belanda. Pertempuran ini menunjukkan pentingnya perjuangan kemerdekaan di wilayah timur Indonesia.
Pertempuran Cikapundung (1946)
Pertempuran Cikapundung adalah salah satu pertempuran awal dalam perjuangan kemerdekaan yang berlangsung di Bandung, Jawa Barat. Pertempuran ini menjadi simbol perlawanan rakyat Bandung terhadap upaya kolonial untuk merebut kembali wilayah yang telah dimerdekakan.
Sembilang karang hidup di laut
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Berdasarkan Wild Singapore, kebanyakan spesies famili Plotosidae berhabitat di perairan tawar. Sebagai contoh, Tandanus tandanus, jenis ikan sembilang asli Australia, hidup di sungai ataupun danau—spesifiknya, dapat ditemukan di Sungai Hunter bagian utara, Queensland tengah, serta seluruh lembah sungai Murray-Darling.
Namun, berbeda dengan sembilang karang. FishBase menyebutkan, ikan ini merupakan satu-satunya spesies dari keluarga Plotosidae yang hidup di area terumbu karang.
Selain itu, Plotosus lineatus juga berhabitat di area muara, kolam pasang surut, maupun pantai terbuka yang tersebar di Indo-Pasifik, mulai dari Laut Merah, bagian utara dan selatan Jepang, hingga perairan Australia.
Di habitat aslinya, sembilang karang sering terlihat berkumpul dan bersembunyi di bawah koral pada siang hari. Smithsonian Ocean melansir, tak jarang ikan remajanya bergerombol dalam kelompok berjumlah hingga 100 ekor. Untuk ikan dewasanya sendiri, mereka hidup secara soliter atau dalam grup kecil yang terdiri atas 20 ekor.
Sistem osmoregulasi yang berbeda dari ikan teleostei lainnya
Selain tubuh bergaris dan patil mematikannya, sebuah studi oleh Kolbadinezhad, Coimbra, dan Wilson yang terbit di National Library of Medicine mengungkapkan bahwa Plotosus lineatus ternyata mempunyai sistem osmoregulasi yang berbeda dengan kelompok teleostei (ikan bertulang sejati) lainnya.
Osmoregulasi sendiri merujuk pada bentuk adaptasi ikan dalam menyeimbangkan kadar air dan ion dalam tubuh dengan lingkungan tempat ia tinggal. Mekanisme ini sangat penting karena memengaruhi metabolisme tubuh organisme air dalam menghasilkan energi.
Nah, berdasarkan studi tersebut, sembilang karang diperlengkapi dengan sebuah cabang tambahan pada organ dendritiknya. Organ tersebut terletak di bagian ekor dekat dengan papila urogenital (tempat keluar kencing) dan berfungsi untuk mensekresikan NaCl (garam) dari tubuh secara aktif.
Di samping itu, disebutkan bahwa insang Plotosus lineatus memiliki tugas tambahan dalam regulasi ion. Ginjalnya pun responsif terhadap kadar garam air. Dengan bantuan organ dan mekanisme yang unik dari sistem osmoregulasi sembilang karang tersebut memungkinkannya untuk hidup di air payau, air asin, dan air hipersalin.
Itulah tadi lima fakta tentang sembilang karang, saudara lele berekor belut yang hidup di laut. Garis-garis putih di sepanjang tubuhnya membuat hewan air yang satu ini terlihat imut. Namun, jangan asal dipegang karena patilnya begitu menyakitkan.
Baca Juga: 5 Fakta Ikan Pacu, Ikan dengan Gigi Seperti Gigi Manusia!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Curabitur tempor imperdiet nulla eu rutrum.
Pertempuran Biak merupakan bagian dari kampanye Niugini dalam Perang Dunia II. Pertempuran tersebut dilakukan oleh Angkatan Darat Amerika Serikat dan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dari 27 Mei 1944 hingga 20 Juni 1944. Di sinilah untuk pertama kalinya pihak Jepang menggunakan taktik penyergapan dalam skala besar di Perang Dunia II.
Pulau Biak mendominasi jalan masuk ke Teluk Geelvink, di dekat ujung barat Pulau Papua. Pulau tersebut dipertahankan oleh 11.000 pasukan Jepang di bawah komando Kolonel Kuzume Naoyuki. Karena ia tak menyukai doktrin penghancuran musuh di tepi perairan, ia memutuskan untuk membiarkan pihak Amerika mendarat ke pantai tanpa perlawanan, supaya mereka tanpa curiga melenggang masuk ke dalam perangkap yang telah ia persiapkan bagi mereka. Keputusan ini menyebabkan kawasan di sekitar lapangan udara yang vital di pulau tersebut diubah menjadi jaringan bawah tanah militer penuh gua dan kubu pertahanan, yang berisi infantri, senapan otomatis, artileri, regu-regu mortir, dan tank-tank ringan Tipe 95 Ha-Go. Naoyuki juga membekali posisi-posisi tersebut dengan amunisi, makanan dan minuman dalam jumlah berlimpah agar bisa bertahan selama berbulan-bulan. Di Biak, air minum tak tersedia dalam jumlah banyak, sehingga di sana hawa panas dan kelembapan akan mengakibatkan korban dalam jumlah yang hampir sama dengan peluru musuh.
Dari satu pesan bertanggal 4 Mei 1944 yang berhasil disadap, diketahui bahwa intelijen Komando Pasukan Area ke-2 AD Kekaisaran Jepang menyangka pendaratan Sekutu berikutnya akan dilakukan di Biak, sehingga pendaratan pendahuluan dilakukan terhadap Wakde pada tanggal 17 Mei, dalam perjalanan menuju Biak. Di sana sebuah lapangan terbang yang lebih kecil tersedia, yang bisa digunakan sebagai pangkalan garis depan hingga lapangan-lapangan terbang di Biak siap digunakan. Walaupun prakiraan intelijen memperkirakan pasukan musuh berjumlah sekitar 5000 orang, sebuah pesan yang berhasil disadap pada akhir bulan April mengungkapkan jumlah pasukan berdasarkan kebutuhan ransum sekitar 10.800 orang, walau angka tersebut dianggap mewakili proyeksi kekuatan, dan bukan kekuatan riil saat ini.[1]
Resimen Infantri ke-162 dari Divisi ke-41 AD AS mendarat di Biak pada 27 Mei 1944, dan, pada pukul 5.15 sore, berhasil mendaratkan 12.000 orang pasukan, dengan 12 tank Sherman, 29 artileri lapangan, 500 kendaraan dan 2400 ton suplai. Salah satu suplai tersebut adalah es krim, yang langsung dibagikan pada hari pertama. Daratan pulau tersebut adalah karang yang keras, sehingga mesti diledakkan dengan dinamit supaya buldozer bisa bekerja di sana dengan lancar [2]
Mereka bergerak masuk ke dalam pulau dengan penuh percaya diri dalam keyakinan hanya akan menghadapi perlawanan ringan, hingga mereka mencapai lapangan terbang yang vital itu. Kemudian, dari dataran sekitar dan tepian-tepian puncak perbukitan di atas, muncul badai peluru dan proyektil meriam yang membuat mereka berlindung tanpa bisa ke mana-mana. Setelah malam tiba, barulah traktor-traktor amfibi berhasil mengeluarkan mereka dari jebakan tersebut. Pada hari berikutnya, mereka mencapai lapangan Mokmer, dengan sasaran lapangan Sorido. Pasukan Jepang tetap bertahan, dan menunda jatuhnya lapangan Mokmer selama sepuluh hari.[3]
Karena penundaan tersebut, markas Komando AU ke-5 di Nadzab mengatur agar Pulau Owi, yang berada di sebelah selatan pantai Bosnik (hanya beberapa kilometer sebelah timur Mokmer), direbut pada tanggal 2 Juni, lalu membangun dua landasan sepanjang 7.000 kaki di sana. Sebuah detasemen garis depan ditempatkan di sana bersama 15.000 orang pasukan, satu grup pesawat pengebom, dua grup pesawat pemburu, dan satu grup pesawat pemburu malam hari P-61 "Black Widow." [4]
Dari sebuah sadapan, Unit Nirkabel ke-1 RAAF mendapat informasi bahwa Letjen Takuzo Numata, Kepala Staf Komando Pasukan Area ke-2 AD sedang berada di pulau tersebut dalam sebuah tur inspeksi. Pangkatnya lebih tinggi dari Kolonel Kuzume, dan mengirim pesan yang memohon agar dirinya dievakuasi. Dirinya dievakuasi oleh pesawat amfibi dari Teluk Korin pada tanggal 20 Juni. Pada tanggal 22 Juni, Kolonel Kuzume membakar panji-panji kesatuan lalu melakukan hara kiri.[5]
Karena Laksamana Toyoda membutuhkan landasan-landasan di Biak untuk menyerang Armada Pasifik AS, ia melancarkan Operasi Kon, upaya untuk menyelamatkan Biak. Sebuah serangan pada tanggal 8 Juni berhasil dibendung oleh kekuatan laut Amerika dan Australia. Serangan pertama pada tanggal 1 Juni dibatalkan ketika sebuah pesawat Jepang memberi laporan keliru yang menyatakan kehadiran sebuah kapal induk AS, dan serangan ketiga pada tanggal 13 Juni dialihkan ke utara, ke Laud Filipina untuk menyerang kapal-kapal induk Armada ke-5 AS; serangan ini mestinya mengikutsertakan kapal-kapal tempur super Jepang, Yamato dan Musashi.[6]
Pasukan Amerika berhasil menembus pertahanan Jepang pada tanggal 22 Juni, di mana daerah pesisir dari Bosnik hingga Sorido berhasil direbut, termasuk tiga lapangan terbang di Sorido (4500 kaki), Borokoe (4500 kaki), dan Mokmer (8000 kaki). Masih tersisa sekitar 3.000 pasukan Jepang yang mencoba menggalang serangan balik penghabisan hingga 17 Agustus.[7] Bleakley mengenang bahwa dalam sebuah gubuk bambu berisi peralatan rekreasi Jepang, semacam PX atau toko khusus militer yang memuat "lusinan pasang sepatu skating" – "di sebuah pulau antah berantah di khatulistiwa!". Selama beberapa waktu ia menyimpan sepasang sebagai suvenir, dan berkata bahwa para prajurit Jepang diberitahu kalau mereka berada di sebuah pulau lepas pantai San Francisco, dan tak lama lagi akan menginvasi Amerika. Ia berada bersama Unit Nirkabel ke-1 RAAF, satu-satunya kesatuan Australia di pulau tersebut.[8]
Bagi pihak Amerika, perebutan Pulau Biak memakan korban 474 orang tewas dan 2.428 luka-luka. Pihak Jepang kehilangan 6.000 orang tewas dan 450 orang tertawan, sehingga lebih dari 4.000 orang lainnya tak diketahui nasibnya atau hilang dalam tugas dan diasumsikan tewas. Artinya, mereka dimusnahkan. Setelah itu, tak ada lagi serangan Banzai tanpa pikir panjang dan penuh emosi, yang biasanya membuat kekuatan Jepang terkuras hingga pupus. Biak merupakan pertempuran yang melelahkan dan alot. Taktik penyergapan atau menunda-nunda ini diulangi di Pertempuran Peleliu, Pertempuran Okinawa, dan Pertempuran Iwo Jima, yang sebelumnya diperkirakan Korps Marinir AS dan AD AS bisa dimenangkan hanya dalam beberapa hari atau minggu saja, tetapi justru berlanjut hingga berbulan-bulan, dengan kerugian yang sangat besar, bukan hanya karena menghabiskan waktu yang berharga, tetapi juga jatuhnya korban jiwa dan peralatan yang jauh lebih berharga.
Di pantai Paray, di antara desa Mokmer dan Bosnik, sekitar tujuh kilometer dari Biak Kota, terdapat sebuah monumen peringatan Perang Dunia II. Monumen ini dibangun pada tahun 1994 lewat kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang. Ada pula gua Jepang Binsari, yang terletak di Desa Sumberker, Samofa, sekitar lima kilometer dari Biak Kota.[9]
KOMPAS.com - Pertempuran Biak merupakan peperangan antara Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) dan tentara Kekaisaran Jepang yang berlangsung di Biak, Papua.
Perang yang berlangsung sejak 27 Mei hingga 20 Juni 1944 ini adalah bagian dari kampanye Niugini semasa Perang Dunia II.
Perang Biak adalah bagian dari upaya pembersihan Jenderal Douglas MacArthur atas Papua dari kekuatan Jepang.
Pertempuran ini dimenangkan oleh Sekutu, yang kemudian menggunakan Pulau Biak untuk mendukung operasi di beberapa wilayah di Pasifik.
Baca juga: L Rumkorem, Pemimpin Perlawanan terhadap Jepang di Biak
Pulau Biak terletak di utara Provinsi Papua, berdekatan dengan Sarmi, di mana Jepang telah memusatkan basis pasokan dan lapangan terbangnya.
Pada 1944, lokasinya dinilai sangat cocok untuk pembangunan lapangan terbang. Sehingga, pihak Sekutu, yang mulai bergerak ke Filipina, berencana merebut pulau ini dari Jepang.
Sekutu memperkirakan ada sekitar 2.000 tentara Jepang yang ditugaskan menjaga Pulau Biak.
Padahal, saat itu, Pulau Biak dikuasai oleh 11.400 tentara Jepang di bawah komando Kolonel Kuzume Naoyuki.
Kolonel Kuzume, yang telah mengetahui kedatangan pasukan Sekutu, memakai strategi tipuan.
Ia akan membiarkan tentara Sekutu mendarat di Biak tanpa hambatan, supaya mereka jatuh ke perangkap yang telah disiapkan.
Baca juga: Pertempuran Morotai: Latar Belakang, Kronologi, dan Akhir
Perangkap yang dimaksud adalah gua-gua yang terletak di sebelah barat Mokmer dan di sebelah timur Bosnek.
Jepang menjadikan gua-gua tersebut sebagai kotak-kotak pertahanan yang dipenuhi dengan penembak, senjata otomatis, artileri, baterai mortir, dan satu kompi tank.
Dalam perkembangannya, mata-mata Sekutu akhirnya meralat informasi sebelumnya dan mengabarkan bahwa jumlah tentara Jepang di Biak diperkirakan mencapai 10.800 orang.
Tentara Sekutu, yang berkumpul di daerah Teluk Humboldt, diberangkatkan pada 25 Mei 1944. Mereka dilindungi oleh pasukan angkatan udara dan angkatan laut.
Perjuangan kemerdekaan Indonesia melibatkan berbagai pertempuran heroik yang memainkan peran krusial dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan Belanda dan Jepang. Berikut adalah beberapa nama pertempuran penting yang menggambarkan semangat dan keberanian para pejuang Indonesia:
Sembilang karang masih berkerabat dengan ikan lele
Perlu kamu ketahui, ikan sembilang dan ikan lele masih bersaudara, lho! Keduanya berada dalam satu ordo yang sama, yakni ordo Siluriformes (ikan lele). Namun, famili (keluarga) sembilang dan lele berbeda.
Secara umum, ikan sembilang termasuk ke dalam keluarga Plotosidae, yaitu golongan ikan lele yang mempunyai ekor seperti belut. FishBase menyebutkan bahwa terdapat 10 genus (marga) dan sekitar 42 spesies dari famili ini. Adapun genus dari Plotosidae adalah
Nah, sembilang karang sendiri berada dalam genus Plotosus. Merujuk laman FishBase, kata plotosus sendiri berasal dari Bahasa Yunani yang berarti 'mengapung'. Sembilang karang memiliki nama ilmiah Plotosus lineatus dan masih satu marga dengan black eeltail catfish (Plotosus canius).